Hidup Sejahtera Berkat Pabrik Aqua, Haikal Ari Berhasil Beli Rumah Meskipun Hanya Berijazah SD

×

Hidup Sejahtera Berkat Pabrik Aqua, Haikal Ari Berhasil Beli Rumah Meskipun Hanya Berijazah SD

Bagikan berita
Pabrik Aqua Solok
Pabrik Aqua Solok

Tidak lupa masing-masing dari mereka menggunakan helm kuning. Ada juga pekerja yang menggunakan helm putih sebagai pelindung kepala saat bekerja.

Setelah mereka sampai di gedung tempat mereka bekerja, beberapa mobil sudah siap menunggu untuk diisi produk Aqua yang akan dipasarkan di berbagai daerah di Sumatra.

Ari dan tiga temannya langsung mengangkat kardus-kardus berisi air mineral Aqua ke dalam mobil tersebut dan dibantu oleh mesin yang ada di tempat itu. Tiga puluh menit kemudian, mereka selesai memasukkan kardus demi kardus ke dalam mobil. Mobil itu pun penuh dengan air minum mineral Aqua. Mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar dan menunggu mobil selanjutnya berada di posisinya untuk diisi seperti sebelumnya.

Pada pukul 22.00 WIB Ari bersama 19 temannya pergi ke pendopo untuk beristirahat sembari dan menghabiskan beberapa batang rokok serta secangkir kopi. Setelah beristirahat, mereka kembali melanjutkan pekerjaan yang tersisa cukup banyak dan harus menyelesaikannya sebelum pukul 06.00 WIB.

Setelah pukul 06.00 WIB, Ari segera mengemasi barang-barangnya dan meletakkan helm yang ia gunakan di tempat penyimpanan perlengkapan. Sebelum pulang, ia menghampiri seorang pria yang duduk di belakang sebuah meja untuk mengambil upah dari keringat yang telah ia kucurkan semalaman.

"Banyak, ya, hari ini," ujar pria itu kepada Ari sembari menyerahkan empat lembar uang pecahan Rp100 ribu.

"Makasih, Bang. Saya langsung pulang, ya," katanya sembari mengambil uang tersebut. Ia langsung bergegas ke parkiran bersama beberapa temannya.

"Duluan, ya. Mau mengantar anak sekolah dulu," kata Ari sambil mengangkat tangan kepada beberapa orang pria yang juga sudah menaiki sepeda motor mereka.

Ari mengendarai sepeda motornya dengan sangat hati-hati karena dinginnya cuaca pagi itu tidak hanya terasa bagai menusuk tulangnya, tetapi seperti membacok tubuhnya. Ia tidak bisa memacu sepeda motornya dengan kecepatan penuh. Ia berprinsip bahwa dalam berkendara biar lambat asal selamat.

Setelah beberapa menit berkendara, Ari sampai di rumahnya pada pukul 06.15 WIB. Ia berencana untuk mengantarkan anak sulungnya ke sekolah. Di rumah istrinya segera membukakan pintu dan menyambut suaminya yang semalaman menguras keringat untuk mencari rezeki.

Editor : Halbert Chaniago
Bagikan

Berita Terkait
Terkini
KPU Gubernur