Menurut Imam Al-Mawardi dalam kitab Iqna’, "Waktu berpuasa adalah dari terbitnya fajar kedua sampai tenggelamnya matahari. Namun sebaiknya, seseorang melakukan imsak sedikit lebih awal sebelum terbitnya fajar dan menunda berbuka sejenak setelah tenggelamnya matahari agar imsak tersebut sempurna diantara keduanya."
Sementara itu, Musthafa al-Khin dalam Al-Fiqh Al-Manhaji menyatakan, "Puasa menurut syara’ adalah menahan diri dari apa pun yang membatalkan dari terbitnya fajar sampai dengan tenggelamnya matahari disertai dengan niat."
Selain itu, Sirojudin Al-Bulqini menyampaikan, "Menahan diri secara menyeluruh dari apa pun yang membatalkan puasa sepanjang hari dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari."
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa puasa dimulai pada saat terbit fajar yang menandakan masuknya waktu salat subuh, bukan saat imsak. Imsak, seperti yang dijelaskan oleh Imam Mawardi, hanyalah anjuran.
Jadwal imsak yang tersebar biasanya dibuat sebagai tanda hati-hati. Dengan adanya waktu imsak, seorang muslim akan lebih waspada mendekati waktu subuh dan siap untuk salat.
Dalam jangka waktu 10 menit antara imsak dan adzan subuh, seseorang bisa menghentikan sahurnya, membersihkan gigi dari sisa makanan yang dapat membatalkan puasa, dan bersiap untuk salat subuh.
Sebagai contoh, jika tidak ada jadwal imsak dan seseorang sedang makan sahur, ketika adzan subuh berkumandang, dia mungkin akan terburu-buru dan masih memiliki sisa makanan di mulutnya.Fenomena imsak hanya ada di Indonesia, dan hal ini menunjukkan perhatian ulama di Indonesia terhadap umat Islam agar ibadah puasa Ramadan menjadi lebih sempurna dan afdol.
Berdasarkan penjelasan di atas, apakah kita boleh makan dan minum setelah imsak? Kesimpulannya adalah bahwa batas waktu sahur menurut ajaran Islam bukanlah saat imsak. Imsak hanya sebagai pengingat bahwa adzan subuh akan segera berkumandang.
Jadi, apakah kita boleh makan dan minum setelah imsak? Jawabannya adalah ya. Kita masih bisa melanjutkan makan dan minum dan sebaiknya segera mempersiapkan diri untuk menjalankan ibadah puasa agar puasa kita menjadi lebih sempurna dan tidak berpotensi batal karena hal-hal yang sepele. (*)
Editor : Heru Candriko
