Dengan adanya roadmap ini, Sumbar diharapkan mampu meningkatkan kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), menciptakan lapangan kerja baru, dan menjadikan budaya Minangkabau sebagai kekuatan di pasar global.
"Kami optimistis bahwa roadmap ini akan menjadi tonggak penting untuk memajukan ekonomi kreatif berbasis budaya di Sumatera Barat," ujar Luhur Budianda.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri kreatif, Luhur yakin Sumatera Barat akan semakin dikenal sebagai pusat ekonomi kreatif berbasis budaya yang berdaya saing tinggi di kancah global.
Sementara itu, Haris Satria mamaparkan ada tiga subsektor utama yang ditetapkan dalam road map tersebut.
Pertama, film, animasi, dan video. Subsektor unggulan ini didasarkan pada potensi berkembangnya industri film, animasi dan video di Sumatera Barat.
"Ini bisa kita lihat dari kesuksesan produksi lokal seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Buya Hamka yang memanfaatkan latar budaya Minangkabau dan keindahan alam Sumatera Barat," kata Haris.
Subsektor kedua adalah Lokomotif yang terdiri pada kuliner, fashion dan kriya."Ketiga subsektor ini tidak hanya berperan dalam mendorong ekonomi kreatif secara mandiri, tetapi juga dapat menjadi elemen penting dalam memperkaya produksi konten visual dan multimedia yang lebih luas," katanya.
Kriya, seperti ukiran kayu, dan anyaman pandan (mansiang) menjadi produk unggulan yang tidak hanya bernilai estetis, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal.
Pelaku kriya tersebar di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Barat dan sebagian besar bergerak dalam skala usaha kecil dan menengah (UKM), yang sering memanfaatkan pasar lokal hingga nasional.
Editor : Heru CandrikoSumber : Rilis