Ini Alasan Presiden Joko Widodo Arahkan Pembuatan Aturan Tentang Perdagangan Kratom

×

Ini Alasan Presiden Joko Widodo Arahkan Pembuatan Aturan Tentang Perdagangan Kratom

Bagikan berita
Tanaman Kratom
Tanaman Kratom

HALONUSA - Presiden Joko Widodo memiliki alasan yang sangat kuat untuk mengemukakan tata kelola Kratom sebagai salah satu komoditi Indonesia.

"Kratom satu sisi potensi karena apa ada 18 ribu keluarga lebih di Kalimantan Barat itu hidupnya bergantung dari Kratom. Kemudian pertumbuhan pohon kratom bisa menjadi kekuatan menjaga kelestarian lingkungan, berbeda dengan ganja, kalau dia kan dicabut, kratom ini pohon besar. Maka perlu ada tata kelola nya, tata niaganya gimana yg kedua, ketiga legalitasnya," kata Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko.

"Maka tadi arahan Presiden pertama supaya Kemenkes, BRIN dan BPOM lanjutkan riset sesungguhnya yang aman seberapa bagi masyarakat. Kemendag atur tata niaganya untuk bentuk suatu standardisasi sehingga tak ada lagi Kratom produk Indonesia yang kandung bakteri ecoli, salmonela, logam berat. Karena sudah ada eksportir kita di-reject barangnya," lanjutnya.

Moeldoko mengatakan kemendag juga menentukan eksportir. "Sehingga semua akan bisa ekspor dan terjaga dengan baik kualitasnya. Itu kira-kira berapa poinnya," ujarnya.

Sebelumnya, Moeldoko menyatakan bahwa Kratom tidak masuk dalam kategori narkotika.

"Status sampai sekarang tadi, ya Kemenkes katakan tidak masuk dalam kategori narkotika. Legalitasnya batasannya di situ apa yang disampaikan Kemenkes," katanya.

Ia menilai tidak perlu adanya perpres ataupun keppres untuk menunjukkan legalitas kratom. Sebab, menurutnya, dalam kratom memang dasarnya tidak memiliki zat berbahaya dalam jumlah besar.

"Saya pikir tak perlu. Semuanya nanti kita tunggu dari riset lanjutan kalau itu memang tak berbahaya dan dalam jumlah besar. Sama saja kopi juga, kalau dalam jumlah besar, bisa repot. Rokok juga gitu, tembakau juga gitu. Ya kita masukkan dalam tahap yang proporsional," katanya.

Moeldoko mengatakan kratom pun saat ini sudah dikonsumsi oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Hal itu sudah menjadi tradisi sejak lama.

"Secara tradisional barang ini dikonsumsi masyarakat Kalbar secara tradisi sudah lama digunakan. Dampak positifnya, kata mereka, dampak sosialnya jadi kekuatan sumber energi. Apa ada ketergantungannya? Rendah ketergantungannya, kan nanti baru kecanduan itu cukup rendah," ujarnya.

Editor : Halbert Chaniago
Bagikan

Berita Terkait
Terkini
KPU Gubernur